SEJARAH
SEBAGAI ILMU DAN SENI
MAKALAH
UNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH
Pengantar Ilmu Sejarah
yang dibina oleh Ibu
Indah Wahyu Puji Utami, S.Pd, S.Hum, M.Hum
Oleh:
Edna
Sari Kusuma Dewi (150731605386)
Fahreza
Gilang Aridya (150731604588)
Irmaya
Merdiana (150731601190)
UNIVERSITAS
NEGERI MALANG
FAKULTAS
ILMU SOSIAL
JURUSAN
SEJARAH
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH
Oktober
2015
DAFTAR
ISI
DAFTAR
ISI...................................................................................................... i
BAB
I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah........................................................................... 1
1.3 Tujuan............................................................................................. 1
BAB
II PEMBAHASAN
2.1 Sejarah Sebagai Ilmu dan Seni..................................................... 2
2.2 Syarat Sejarah Sebagai
Ilmu Dan Seni............................................. 3
2.3
Pandangan Para Pakar Sejarah Sebagai Ilmu dan Seni……………6
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan..................................................................................... 7
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................ 8
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sejarah adalah pengalaman hidup
manusia pada masa lalu dan akan terus berlangsung sepanjang hayatnya.
Mempelajari sejarah merupakan sebuah perwujudan tanggung jawab terhadap apa
yang telah dia lakukan pada masa lalunya, serta untuk mempersiapkan rencana yang
akan dilaksanakan dimasa mendatang. Mengabaikan sejarah akan membuat seseorang
menjadi lupa dan akan kehilangan identitas diri mereka serta tidak akan mungkin
mampu membangun dan mengupayakan kehidupan yang lebih baik.
Makalah ini dibuat untuk
mengetahui maksud dari sejarah sebagai ilmu dan sejarah sebagai seni. Dalam
perkembangannya kedua hal ini tidak dapat dipisahkan, dikarenakan kedua hal ini
saling melengkapi satu sama lain, serta merupakan salah satu unsur penting
dalam ilmu sejarah.
1.2 Rumusan Masalah
1.
Apa pengertian dari
sejarah sebagai ilmu dan seni?
2.
Bagaimana sejarah
dapat dikatakan sebagai ilmu dan seni?
3. Bagaimana pandangan para pakar sejarah terhadap
pengertian sejarah sebagai ilmu dan seni?
1.3 Tujuan
1.
Dapat memberi
gambaran tentang maksud sejarah sebagai ilmu dan seni.
2.
Dapat menyimpulkan
tentang apa yang dimaksud dengan sejarah sebagai ilmu dan seni dari para pakar
sejarah.
3.
Dapat
mengaplikasikan maksud dari sejarah sebagai ilmu dan seni dalam pembelajaran
sejarah.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Sejarah Sebagai Ilmu dan Seni
A. Sejarah sebagai
ilmu
Sejarah
sebagai ilmu mengkaji informasi dari masa lalu yang merupakan suatu hasil dari
kebudayaan. Sejarah juga merupakan sebuah ilmu yang terbuka, keterbukaan itu
membuat siapapun dapat mengaku sebagai sejarawan secara sah, asal hasilnya
dapat dipertanggung jawabkan sebagai ilmu. Sejarah sebagai ilmu dapat
berkembang dengan berbagai cara, seperti sejarah sebagai filsafat, perkembangan
dalam teori sejarah, perkembangan dalam ilmu-ilmu lain, dan perkembangan dalam
metode sejarah. Perkembangan dalam sejarah selalu berati bahwa sejarah selalu
responsif terhadap kebutuhan masyarakat akan informasi.
Berikut adalah sejarah dari berbagai sudut
pandang :
1.
Sejarah sebagai
filsafat
Perkembangan dalam filsafat ditunjukan ketika filsafat
sejarah zaman pertengahan didominasi oleh filsafat sejarah Kristen, maka
penulisan yang menonjolkan peran-peran orang suci juga tampak.
2. Perkembangan
dalam teori sejarah
Perkembangan dalam
teori sejarah ditunjukkan ketika dalam seminar sejarah I di Yogyakarta pada
tahun 1957 telah dicanangkan perlunya nasionalisme dalam penulisan sejarah
yaitu sejarah yang menunjukkan peran orang Indonesia (Indonesia-sentrisme)
untuk menggantikan sejarah dari atas geladak kapal yang menunjukkan peran para penjajah
Belanda (Neerlando-sentrisme).
3. Perkembangan dalam ilmu-ilmu lain
Perkembangan pada
ilmu-ilmu lain juga berpengaruh pada perkembangan sejarah. Ketika sosiologi
menjadikan kota sebagai bahan kajian, maka sejarah muncul dengan Sejarah. Dalam
sejarah muncul Psikohistori, sejarah yang menguraikan kejiwaan tokoh-tokoh
sejarah.
4. Perkembangan dalam metode sejarah
Ketika
dalam sejarah muncul metode kuantitatif, maka di Amerika dan Eropa mncul metode
kuantitatif, karena ditempat-tempat itu sumber sejarah lama sangat mungkin
untuk di kuantitatifkan.
B. Sejarah sebagai seni
Sejarah
sebagai seni dapat dilihat dari semua peninggalan berupa dokumen ataupun benda
yang selalu melibatkan unsur rasa dengan kata lain yaitu seni. Peninggalan
berupa dokumen tertulis selalu memiliki unsur sastra. Demikian juga peninggalan
yang berupa artefak dalam wujud benda-benda hasil karya manusia yang tak pernah
lepas dari gaya maupun ragam hias yang menyertai fungsi dari benda tersebut.
Historiografi
dalam penyajiannya selalu terkandung sebjektivitas. Bagaimana subjektivitas itu
tetap bisa diterima tentunya memerlukan seni tersendiri. Ada alur cerita yang
dibangun, ada dramaturgi, dan lain sebagainya sehingga bidang kajian sejarah
menjadi bidang yang menarik tetapi tetap bersumber pada fakta-fakta sejarah.
2.2 Syarat Sejarah
Sebagai Ilmu Dan Seni
Dalam perkembangannya, sampai dengan abad
ke-19 ilmu dan seni tidak dapat dipisahkan. Pada tahun 1933 Charles A. Beard
dalam pidatonya berjudul “written history as an act of faith”, mengatakan bahwa
sejarah dan seni saling mengisi. Sejarah mempunyai metode ilmiah yang hasilnya
merupakan rangakaian sekian banyak kata yang diverifikasi.
A. Sejarah
sebagai ilmu memiliki khas yaitu :
1.
Bersifat Empiris
Ilmu
sejarah termasuk ilmu empiris yang artinya pengalaman manusia sangat penting.
Pengalaman tersebut direkam dalam dokumen dan dari situlah akan ditemukan
fakta. Selanjutnya fakta-fakta tersebut diinterpretasikan yang kemudian muncul
cerita sejarah.
Sejarah
dengan ilmu alam memiliki kesamaan, yaitu keduanya berdasarkan pengamatan dan
pengalaman. Bedanya pengalaman sejarah hanya sekali sedangkan ilmu alam dapat
diulang sesuai keinginan. Misalnya dalam sejarah, lahirnya orde reformasi hanya
sekali dan tidak dapat terulang kembali serta yang tinggal hanya dokumennya
saja. Sejarah memiliki fakta sosial dan politik, sedangkan ilmu alam mempunyai
fakta alam. Objeknya pun berbeda, pada sejarah objeknya adalah manusia
sedangkan ilmu alam pada benda-benda.
2. Mempunyai
objek
Objek sejarah
yaitu perubahan atau perkembangan aktivitas manusia dalam dimensi waktu (masa lampau).
Waktu merupakan unsur penting dalam sejarah. Waktu dalam hal ini adalah waktu
lampau sehingga asal mula maupun latar belakang menjadi pembahasan utama dalam
kajian sejarah.
3. Mempunyai
Teori
Teori dalam
sejarah ini dimaksud kumpulan tentang kaidah pokok suatu ilmu. Dalam filsafat,
teori disebut epistemologi. Teori merupakan pendapat yang dikemukakan sebagai keterangan
mengenai suatu peristiwa. Teori dalam sejarah berisi satu kumpulan tentang
kaidah-kaidah pokok suatu ilmu. Teori tersebut diajarkan berdasarkan keperluan
peradaban. Rekonstruksi sejarah yang dilakukan mengenal adanya teori yang
berkaitan dengan sebab akibat, eksplanasi, objektivitas, dan subjektivitas.
4. Mempunyai
generalisasi
Generalisasi
biasanya menjadi kesimpulan umum. Begitu juga sejarah ada kesimpulan umum.
Tetapi, kesimpulan untuk ilmu-ilmu lain bersifat nomotetis, sementara sejarah
bersifat idiografis. Kesimpulan umum suatu ilmu (bukan sejarah) biasanya diakui
kebenarannya di mana-mana (kebenaran umum). Tetapi kesimpulan sejarah bisa
menjadi koreksi kesimpulan ilmu lain. Kesimpulan umum dalam sejarah lebih
mendekati pola-pola atau kecenderungan dari suatu peristiwa sehingga dari
kecenderungan bisa dilihat bagaimana di tempat lain atau bagaimana yang akan
datang. Misalnya, menurut pemerintahan Belanda, revolusi Indonesia dilakukan
oleh kaum ekstremis, tetapi kenyataannya dilakukan oleh pemuda.
5. Mempunyai metode
Sejarah
memiliki metode dalam melakukan penelitian. Metode dalam ilmu sejarah
diperlukan untuk menjelaskan perkembangan atau perubahan secara benar. Dalam
sejarah dikenal metode sejarah guna mencari kebenaran sejarah. Sehingga seorang
sejarawan harus lebih berhati-hati dalam menarik kesimpulan.
B.
Sejarah sebagai seni memerlukan :
1.
Instuisi
Dalam melakukan
pekerjaannya, seorang sejarawan tidak cukup menggunakan metode dan rasionalitas saja, tetapi
juga memerlukan intuisi yang berlangsung secara naluriah atau instinktif.
Sejarawan akan merenung beberapa waktu dengan harapan dapat mendapat instuisi
atau ilham yang nantinya dapat melancarkan kerjanya.
2. Imajinasi
Pada dasarnya,
sejarah merupakan kisah nyata bukan fiksi. Namun dalam penulisannya, sejawan
harus mampu membayangkan bagaimana proses sejarah itu terjadi. Kebenaran objektivitas dan faktual
sejarah tetap menjadi landasan kerja bagi seorang sejarawan.
3. Emosi
Penulisan
tentang sejarah harus mampu menghadirkan objek ceritanya kepada pembaca atau
pendengarnya seolah-olah mereka berhadapan sendiri dengan tokoh yang
diceritakan. Sejarawan memerlukan emosi atau empati untuk dekat dengan objek
penelitiannya. Dalam hal ini, sejarawan harus menghindari emosi yang berlebihan
karena sejarah tetap berpegang pada fakta.
4. Gaya Bahasa
Penulisan
gaya bahasa memiliki peranan yang penting dalam mengkomunikasikan kisah atau
cerita sejarah. Hasil penulisan sejarah tersebut menarik atau tidaknya cerita
sejarah banyak bergantung pada gaya penyampaiannya.
2.3 Pandangan Para Pakar Sejarah
Sebagai Ilmu dan Seni
Beberapa pakar sejarah berpendapat tentang bagaimana mereka
mengungkapkan pendapat mereka mengenai sejarah sebagai ilmu dan seni
Berikut
ini sejarah sebagai ilmu dan seni :
1.
Sejarah dikategorikan sebagai ilmu karena dalam sejarah juga memiliki “batang
tubuh keilmuan” (the body knowledge),metodelogi yang spesifik.Sejarah juga
memiliki struktur keilmuan sendiri,baik dalam ; fakta,konsep maupun
generalisasi (Banks,1977:211-219;Sjamsuddin,1996: 7-9).
2.
Ismaun
menyatakan bahwa sejarah sebagai ilmu adalah suatu susunan pengetahuan
(a body of knowledge) tentang peristiwa dan cerita yang terjadi di dalam
masyarakat manusia pada masa lampau yang disusun secara sistematis dan metodis
berdasarkan asas-asas, prosedur, dan metode serta teknik ilmiah yang diakui
oleh para sejarawan. Sejarah sebagai ilmu mempelajari sejarah sebagai
aktualitas dan mengadakan penelitian serta pengkajian tentang peristiwa dan
cerita sejarah. Sejarah sebagai ilmu ialah suatu disiplin, cabang pengetahuan
tentang masa lalu, yang berusaha menuturkan dan mewariskan pengetahuan mengenai
masa lalu suatu masyarakat tertentu.
3.
Sejarah sebagai ilmu mempelajari kenyataan dan mengadakan penelitian serta
pengkajian tentang peristiwa dan cerita sejarah.Inilah konsep terpenting dalam
sejarah .Sebagai ilmu, sejarah merupakan susunan pengetahuan tentang peristiwa
dan cerita yang terjadi di dalam masyarakat pada masa lampau yang disusun
secara sistematikdan metodis berdasarkan asas-asas ,prosedur, dan metode secara
teknik ilmiah yang di akui oleh pakar sejarah (Sardiman,2007:6-7).
4.
Tokoh
penganjur sejarah sebagai seni adalah George Macauly Travelyan. Menurut
Travelyan menulis sebuah kisah peristiwa sejarah tidaklah mudah karena
memerlukan imajinasi dan seni. Dalam seni dibutuhkan intuisi, emosi, dan gaya
bahasa. Sejarah dapat juga dilihat sebagai seni. Seperti halnya seni, sejarah
juga membutuhkan intuisi, imajinasi, emosi, dan gaya bahasa.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Sejarah dilihat sebagai ilmu dan
seni keduanya mempunyai keterkaitan karena setiap pengetahuan yang ditulis di
dalam peristiwa memuat suatu ilmu-ilmu harus disusun secara rapi dan
berintonasi,dalam menulis peristiwa harus terdapat unsur seni didalamnya agar
terlihat gaya bahasanya untuk menarik pembaca dan membawanya untuk berimajinasi
seolah-olah terbawa dalam suasana di masa lalu.
DAFTAR
PUSTAKA
1.
Pranoto, Suhartono W. 2014. Teori dan Metodologi Sejarah. Yogyakarta: Graha Ilmu.
2. Prof.DR.Kuntowijoyo. 2005. Pengantar
Ilmu Sejarah. Jakarta:
PT Bentang Pustaka.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar