METODE
SEJARAH
MAKALAH
UNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH
Pengantar Ilmu Sejarah
yang dibina oleh Ibu
Indah Wahyu Puji Utami, S.Pd.,M.Pd
Oleh:
Ekanosa Ramadani (150731601932)
Sisi
Vivi Rohmawati (15073160xxxx)
M. Wildan Al Faruq (150731600212)
M. nu’aim
(15073160xxxx)
UNIVERSITAS
NEGERI MALANG
FAKULTAS ILMU
SOSIAL
JURUSAN SEJARAH
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH
Oktober 2015
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Setiap ilmu mempunyai
metode. Tanpa metode,kumpulan pengetahuan tentang objek tertentu tidak
dikatakan sebagai ilmu,sekalipun masih ada syarat yang lain. Metode adalah cara
kerja atau prosedur untuk memahami suatu objek yang menjadi sasaran ilmu yang
bersangkutan.
Dalam menentukan metode
yang digunakan perlu mempertimbangkan kesesuaian dengan objek studi.sebab
kecenderungan untuk menempuh jalan yang sebaliknya yakni mencocok cocokan objek
situasi dengan metode yang asal ada saja, yang sebenarnya merupakan suatu kekeliruan
dalam kaidah ilmiah.karena itu terlebih dahulu dicermati dan dipahami dengan
cermat objeknya Sedangkan sejarah merupakan satu cabang dari ilmu sosial yang
sangat terbuka. Karena semua orang mampu menulis sejarah.sehingga banyak
tulisan sejarah yang tidak bisa dipertanggung jawabkan secara ilmiah. Sehingga
sulit membedahkan mana yang fakta dan mana yang mitos atau dongeng semata.
Sebelum menulis sejarah seharusnya mengerti bagaimana cara penulisan dengan
kritis. Yaitu dengan melalui empat tahapan kerja, yang dimulai dari heuristic (
pengumpulan sumber) kemudian kritik sumber (eksternal/bahan dan internal/isi)
selanjutnya melalui interpretasi (penafsiran) dan yang terkahir historiografi (
penulisan kisah sejarah)sehingga tulisan yang di hasilkan bisa di pertanggung
jawabkan kebenarannya.
1.2 Rumusan masalah
1.Apa pengertian dari
metode sejarah ?
2.Bagaimana sistematika
metode sejarah ?
1.3 Tujuan
1.Untuk mengetahui
tentang metode sejarah
2.Untuk mengetahui
sistematika metode sejarah
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
Metode Sejarah
Kata metode berasal dari bahasa yunani yakni
methodos yang berarti cara atau jalan. Dalam kaidah ilmiah,metode berkaitan
dengan cara kerja atau prosedur untuk dapat memahami objek yang menjadi sasaran
ilmu yabg bersangkutan
Menurut Peter L.Senn(19710 DALAM BUKUNYA Social Science
and Its Methods,metode merupakan suatu produser atau cara mengetahui sesuatu
yang mempunyai langkah-langkah sistematis.Sedangkan T.H Huxley mengartikan
metode ilmiah sebagai ekspresi mengenai cara bekerja pemikiran. Dengan cara ini pengetahuan yang dihasilkan
diharapkan mempunyai karakteristik-karakteristiktertentu dari suatu pengetahuan
ilmiah,yakni sifat rasional dan teruji,sehingga memungkinkan lahirnya
pengetahuan yang dapat diandalkan (Suriasumatri 2003: 119-120) Metode sejarah
merupakan cara atau teknik dalam merekonstruksi peristiwa masa lampau
Gilbert J. Garraghan (1957:33) bahwa Metode Penelitian Sejarah adalah seperangkat aturan dan
prinsip sistematis untuk mengumpulkan sumber-sumber sejarah secara efektif,
menilainya secara kritis, dan mengajukan sintesis dari hasil-hasil yang dicapai
dalam bentuk tertulis. Senada dengan pengertian ini, Louis Gottchalk (1983: 32)
menjelaskan Metode Sejarah sebagai proses menguji dan menganalisis kesaksian sejarah
guna menemukan data yang otentik dan dapat dipercaya, serta usaha sintetis atas
data semacam itu menjadi kisah sejarah yang dapat dipercaya.. Secara umum,
Metode Sejarah yang dijelaskan oleh Louis Gottschalk (1983: 18) adalah sebagai
berikut:
a) Pengumpulan objek yang berasal dari
suatu zaman dan pengumpulan bahan-bahan tertulis dan lisan yang relevan;
b) Menyingkirkan bahan-bahan (atau
bagian-bagian daripadanya) yang tidak otentik;
c) Menyimpulkan kesaksian yang dapat
dipercaya berdasarkan bahan-bahan yang otentik;
d) Penyusunan kesaksian yang dapat
dipercaya itu menjadi suatu kisah atau peristiwa yang berarti.
Ringkasnya,
setiap langkah ini berturut-turut biasa juga diistilahkan dengan Heuristik,Kritik atau verifikasi, Aufassung atau interpretasi,dan Darstellung atau historiografi.
Menurut Kuntowijoyo (1995: 98),
sebenarnya ada satu kegiatan penting lainnya yang harus dilalui oleh seorang
sejarawan sebelum melalui ke empat tahap di atas, yaitu Pemilihan Topik dan
Rencana Penelitian. Hal ini rupanya sejalan dengan pernyataan Sjamsuddin (1996:
96) mengenai langkah-langkah penelitian sejarah
2.2 Sistematika Metode Sejarah
A. Metode Heuristik
(pengumpulan Sumber)
Heuristik (Heuristics)
merupakan sebuah kegiatan mencari sumber-sumber untuk mendapatkan data-data
baik berupa sumber tulisan maupun sumber lisan, atau materi sejarah, atau
evidensi sejarah yang berhubungan dengan permasalahan yang akan dikaji oleh
penulis (Sjamsuddin, 2007: 86). Berhasil tidaknya pencarian sumber, pada
dasarnya tergantung dari wawasan peneliti mengenai sumber yang diperlukan dan
keterampilan teknis penelusuran sumber literature. Heuristik berasal dari
bahasa Yunani heurishein yang berarti memperoleh (Dudung, 2007:64).
Menurut
G.J. Renier (1997: 113), heuristik adalah suatu teknik, suatu seni dan bukan
suatu ilmu. Oleh karena itu, heuristik tidak mempunyai peraturanperaturan umum.
Suatu prinsip di dalam heuristik ialah sejarawan harus mencari sumber primer.
Sumber primer dalam penelitian sejarah adalah sumber yang disampaikan oleh
saksi mataSumber sekunder adalah sumber yang
waktu pembuatannya jauh dari waktu terjadinya peristiwa, sumber ini berupa
garapan dari sumber yang asli
Sedangkan
berdasarkan bentuknya sumber sejarah dapat diklasifikasikan menjadi:
1. Sumber dokumenter yaitu keterangan tertulis yang berkaitan dengan peristiwa sejarah (berupa bahan sejarah dalam bentuk tulisan),. Contoh: prasasti, kronik, babad, piagam, dokumen, laporan, arsip, dan surat kabar.
2. Sumber korporal yaitu benda-benda peninggalan masa lampau (berwujud benda, seperti bangunan, arca, perkakas, fosil, artefak dan sebagainya).
3. Sumber lisan yaitu keterangan langsung dari pelaku atau saksi dari suatu peristiwa sejarah. Contohnya: cerita dari seseorang
4. Sumber rekaman yaitu sumber yang berasal dari rekaman, dapat berupa kaset audio dan kaset video. Misalnya: rekaman proklamasi kemerdekaan 17 agustus 1945, masa pendudukan jepang.
1. Sumber dokumenter yaitu keterangan tertulis yang berkaitan dengan peristiwa sejarah (berupa bahan sejarah dalam bentuk tulisan),. Contoh: prasasti, kronik, babad, piagam, dokumen, laporan, arsip, dan surat kabar.
2. Sumber korporal yaitu benda-benda peninggalan masa lampau (berwujud benda, seperti bangunan, arca, perkakas, fosil, artefak dan sebagainya).
3. Sumber lisan yaitu keterangan langsung dari pelaku atau saksi dari suatu peristiwa sejarah. Contohnya: cerita dari seseorang
4. Sumber rekaman yaitu sumber yang berasal dari rekaman, dapat berupa kaset audio dan kaset video. Misalnya: rekaman proklamasi kemerdekaan 17 agustus 1945, masa pendudukan jepang.
2.3 Metode
Verifikasi (kritik sumber)
Setelah sumber
dikumpulkan, Langkah selanjutnya adalah penulis melakukan penyaringan secara
kritis terhadap sumber yang telah diperoleh, terutama terhadap sumber-sumber
primer agar terjaring fakta yang menjadi pilihannya. Langkah inilah yang
disebut kritik sumber, baik terhadap bahan materi (ekstern) sumber maupun
terhadap substansi (isi) sumber. Dalam tahap ini data-data yang telah diperoleh
berupa sumber tertulis maupun sumber lisan disaring dan dipilih untuk dinilai
dan diselidiki kesesuaian sumber, keterkaitan dan keobjektifan.
Dalam bukunya
Sjamsuddin (2007: 133) terdapat lima pertanyaan yang harus digunakan untuk
mendapatkan kejelasan keamanan sumber-sumber tersebut, yaitu:
·
Siapa yang mengatakan itu?
·
Apakah dengan satu atau cara lain kesaksian
itu telah di ubah?
·
Apakah sebenarnya yang dimaksud oleh
orang itu dengan kesaksiannya?
·
Apakah orang yang memberikan kesaksian itu
seorang saksi mata yang kompeten, apakah ia mengetahui fakta?
·
Apakah saksi itu megatakan yang
sebenarnya dan memberikan kepada kita fakta yang diketahui itu?
Didalam
proses analisa terhadap suatu dokumen, sejarawan harus selalu memikirkan
unsur-unsur yang relevan didalam dokumen itu sendiri secara keseluruhan. Unsur
didalam dokumen dianggap relevan dan dapat dipercaya (kredibel) apabila unsur
itu paling dekat dengan apa yang telah terjadi. Identifikasi terhadap sipembuat
dokumen atau sumber sejarah pun perlu dilakukan untuk menguji keautentikannya.
(Sjamsudin, 1996:2-3).
2.4 Metode interpretasi
(Analisis Fakta Sejarah)
Sebelum sampai pada
tahap historiografi, terlebih dahulu fakta sejarah tersebut digabung-gabungkan
(disintesakan) berdasarkan subjek kajian. Tahap ini merupakan tahap penafsiran
terhadap sumber-sumber yang telah disaring dan diidentifikasi melalui proses
kritik ekstern dan intern yaitu berupa fakta. Fakta yang telah didapatkan
tersebut kemudian disusun, diolah, dan ditafsirkan oleh peneliti sehingga
peneliti dapat menguji kebenarannya. Setelah kebenaran didapatkan, maka
peneliti menggabungkan atau merekonstruksi fakta tersebut menjadi sebuah satu kesatuan
yang dibantu dengan “historical thingking”. Hal tersebut dilakukan dengan
memikirkan kembali masa lalu seolah-olah peneliti mengalami dan menjadi pelaku
pada peristiwa yang terjadi pada masa lalu tersebut. Sehingga peneliti dapat
memperoleh gambaran tentang permasalahan yang dikaji.
Metode interpretasi
sejarah memang pada umumnya memang sering diarahkan kepada pandangan para ahli
filsafat sehingga sejarawan bisa mendapatkan kemungkinan jalan pemecahan dalam
menghadapi masalah historis. Beberapa interprestasi mengenai sejarah yang
muncul dalam aliran-aliran filsafat itu dapat dikelompokkan sebagai berikut :
o
Interpretasi monistik, yakni
interpretasi yang bersifat tinggal atau suatu penafsiran yang hanya mencatat
peristiwa besar dan pembuatan orang terkemuka. Interprestasi ini meliputi :
§ Interpretasi
teologis, yang menekankan pada takdir Tuhan sehingga peranan
§ gerak
sejarah bersifat pasif.
§ Interpretasi
geografis, yakni peranan sejarah ditentukan oleh factor geografis,dengan
pertimbangan letak bumi akan mempengaruhi pola hidup dan cara hidup manusia
§ Interpretasi
ekonomis,yang secara determistik factor ekonomi sangat berpengaruh,sekalipun
tidak dapat menerangkan mengapa suatu suku bangsa berbeda padahal perekonomian
hampir sama
§ Interpretasi
rasial,ia;ah penafsiran yang ditentukan oleh peranan rasa tau bangsa.
o
Interpretasi pluralistic, dimunculkan
oleh filsuf abad XIX yang mengemukakan bahwa sejarah akan mengikuti
perkembangan-perkembangan social,budaya,politik,dan ekonomi yang menunjukkan
pola peradaban yang bersifat multikompleks
2.5. Metode
Historigrafi (penulisan Sejarah)
Tahap selanjutnya dari
proses penelitian ini adalah historiografi. Kegiatan tersebut merupakan tahap
paling akhir dari metode penelitian sejarah. Penulis memaparkan seluruh hasil
penelitian dalam bentuk tulisan karya ilmiah. Menurut Ismaun (2005: 28),
Historiografi berarti pelukisan sejarah, gambaran sejarah tentang peristiwa
yang terjadi pada waktu yang telah lalu yang disebut sejarah. Historiografi
juga menggambarkan pemikiran penulis yang diawali dengan tahap heuristik,
kritik sumber, hingga interpretasi yang merupakan hasil penelitian di lapangan
yakni tentang Afrika Selatan dibawah pemerintahan Presiden Nelson Mandela (1994
– 1999).
Hasan Usman dalam
Abdurrahman (1999: 67-68) mengungkapkan bahwa terdapat beberapa syarat umum
yang harus diperhatikan oleh seorang peneliti dalam melakukan pemaparan
sejarah, antara lain:
1. Peneliti
harus memiliki kemampuan mengungkapkan bahasa secara baik, agar data dapat
dipaparkan seperti apa adanya atau seperti yang dipahami oleh peneliti dan
dengan gaya bahasa yang khas.
2. Terpenuhinya
kesatuan sejarah, yakni suatu penulisan sejarah itu disadari sebagai bagian
dari sejarah yang lebih umum, karena ia didahului oleh masa dan diikuti oleh
masa pula. Dengan perkataan lain, penulisan itu ditempatkannya sesuai dengan
perjalanan sejarah.
3. Menjelaskan
apa yang ditemukan oleh peneliti dengan menyajikan bukti-buktinya dan membuat
garis-garis umum yang akan diikuti secara jelas oleh pemikiran pembaca.
4. Keseluruhan
pemaparan sejarah haruslah argumentatif, artinya usaha peneliti dalam
mengerahkan ide-idenya dalam merekonstruksi masa lampau itu didasarkan pada
bukti-bukti terseleksi, bukti yang cukup lengkap dan detail fakta yang akurat.
Cukup jelas bahwa hal
yang membedakan penulisan sejarah dengan penulisan ilmiah bidang lain ialah
penekanannya pada aspek kronologis.
BAB
III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Metode
sejarah merupakan cara atau teknik dalam merekontruksi peristiwa masa lampau,
melalui empat tahapan kerja,yaitu heuristik (pengumpulan sumber), kritik sumber
(eksternal/bahan dan internal/isi),interprestasi (penafsiran),dan historiografi
(penulisan kisah sejarah).
Daftar
Rujukan
Sjamsudin, H. 1994. Metodologi Sejarah. Jakarta:
Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan.
Abdurrahman,dudung,Metodologi
penelitian sejarah.jogyakarta:Ar Ruzz Media,2007
Hamid,Abd Rahman dan
Muhammad saleh madjid.Pengantar Ilmu Sejarah.Yogyakarta:penerbit ombak,2011
Tidak ada komentar:
Posting Komentar