Rabu, 07 Oktober 2015

METODE SEJARAH

METODE SEJARAH






MAKALAH
UNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH
Pengantar Ilmu Sejarah
yang dibina oleh Ibu Indah Wahyu Puji Utami, S.Pd.,M.Pd



Oleh:
Ekanosa Ramadani     (150731601932)
            Sisi Vivi Rohmawati  (15073160xxxx)         
                                    M. Wildan Al Faruq  (150731600212)
            M. nu’aim                   (15073160xxxx)          









UNIVERSITAS NEGERI MALANG
FAKULTAS ILMU SOSIAL
JURUSAN SEJARAH
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH
Oktober 2015







BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Setiap ilmu mempunyai metode. Tanpa metode,kumpulan pengetahuan tentang objek tertentu tidak dikatakan sebagai ilmu,sekalipun masih ada syarat yang lain. Metode adalah cara kerja atau prosedur untuk memahami suatu objek yang menjadi sasaran ilmu yang bersangkutan.
Dalam menentukan metode yang digunakan perlu mempertimbangkan kesesuaian dengan objek studi.sebab kecenderungan untuk menempuh jalan yang sebaliknya yakni mencocok cocokan objek situasi dengan metode yang asal ada saja, yang sebenarnya merupakan suatu kekeliruan dalam kaidah ilmiah.karena itu terlebih dahulu dicermati dan dipahami dengan cermat objeknya Sedangkan sejarah merupakan satu cabang dari ilmu sosial yang sangat terbuka. Karena semua orang mampu menulis sejarah.sehingga banyak tulisan sejarah yang tidak bisa dipertanggung jawabkan secara ilmiah. Sehingga sulit membedahkan mana yang fakta dan mana yang mitos atau dongeng semata. Sebelum menulis sejarah seharusnya mengerti bagaimana cara penulisan dengan kritis. Yaitu dengan melalui empat tahapan kerja, yang dimulai dari heuristic ( pengumpulan sumber) kemudian kritik sumber (eksternal/bahan dan internal/isi) selanjutnya melalui interpretasi (penafsiran) dan yang terkahir historiografi ( penulisan kisah sejarah)sehingga tulisan yang di hasilkan bisa di pertanggung jawabkan kebenarannya.
1.2 Rumusan masalah
1.Apa pengertian dari metode sejarah ?
2.Bagaimana sistematika metode sejarah ?

1.3 Tujuan
1.Untuk mengetahui tentang metode sejarah
2.Untuk mengetahui sistematika metode sejarah


BAB II
                                                    PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Metode Sejarah
Kata metode berasal dari bahasa yunani yakni methodos yang berarti cara atau jalan. Dalam kaidah ilmiah,metode berkaitan dengan cara kerja atau prosedur untuk dapat memahami objek yang menjadi sasaran ilmu yabg bersangkutan
Menurut Peter L.Senn(19710 DALAM BUKUNYA Social Science and Its Methods,metode merupakan suatu produser atau cara mengetahui sesuatu yang mempunyai langkah-langkah sistematis.Sedangkan T.H Huxley mengartikan metode ilmiah sebagai ekspresi mengenai cara bekerja pemikiran.  Dengan cara ini pengetahuan yang dihasilkan diharapkan mempunyai karakteristik-karakteristiktertentu dari suatu pengetahuan ilmiah,yakni sifat rasional dan teruji,sehingga memungkinkan lahirnya pengetahuan yang dapat diandalkan (Suriasumatri 2003: 119-120) Metode sejarah merupakan cara atau teknik dalam merekonstruksi peristiwa masa lampau
Gilbert J. Garraghan (1957:33)  bahwa Metode Penelitian Sejarah adalah seperangkat aturan dan prinsip sistematis untuk mengumpulkan sumber-sumber sejarah secara efektif, menilainya secara kritis, dan mengajukan sintesis dari hasil-hasil yang dicapai dalam bentuk tertulis. Senada dengan pengertian ini, Louis Gottchalk (1983: 32) menjelaskan Metode Sejarah sebagai proses menguji dan menganalisis kesaksian sejarah guna menemukan data yang otentik dan dapat dipercaya, serta usaha sintetis atas data semacam itu menjadi kisah sejarah yang dapat dipercaya.. Secara umum, Metode Sejarah yang dijelaskan oleh Louis Gottschalk (1983: 18) adalah sebagai berikut:
a)      Pengumpulan objek yang berasal dari suatu zaman dan pengumpulan bahan-bahan tertulis dan lisan yang relevan;
b)      Menyingkirkan bahan-bahan (atau bagian-bagian daripadanya) yang tidak otentik;
c)      Menyimpulkan kesaksian yang dapat dipercaya berdasarkan bahan-bahan yang otentik;
d)     Penyusunan kesaksian yang dapat dipercaya itu menjadi suatu kisah atau peristiwa yang berarti.

Ringkasnya, setiap langkah ini berturut-turut biasa juga diistilahkan dengan Heuristik,Kritik atau verifikasiAufassung atau interpretasi,dan Darstellung atau historiografi.  Menurut Kuntowijoyo (1995: 98), sebenarnya ada satu kegiatan penting lainnya yang harus dilalui oleh seorang sejarawan sebelum melalui ke empat tahap di atas, yaitu Pemilihan Topik dan Rencana Penelitian. Hal ini rupanya sejalan dengan pernyataan Sjamsuddin (1996: 96) mengenai langkah-langkah penelitian sejarah

2.2 Sistematika Metode Sejarah
A. Metode Heuristik (pengumpulan Sumber)
Heuristik (Heuristics) merupakan sebuah kegiatan mencari sumber-sumber untuk mendapatkan data-data baik berupa sumber tulisan maupun sumber lisan, atau materi sejarah, atau evidensi sejarah yang berhubungan dengan permasalahan yang akan dikaji oleh penulis (Sjamsuddin, 2007: 86). Berhasil tidaknya pencarian sumber, pada dasarnya tergantung dari wawasan peneliti mengenai sumber yang diperlukan dan keterampilan teknis penelusuran sumber literature. Heuristik berasal dari bahasa Yunani heurishein yang berarti memperoleh (Dudung, 2007:64).
Menurut G.J. Renier (1997: 113), heuristik adalah suatu teknik, suatu seni dan bukan suatu ilmu. Oleh karena itu, heuristik tidak mempunyai peraturanperaturan umum. Suatu prinsip di dalam heuristik ialah sejarawan harus mencari sumber primer. Sumber primer dalam penelitian sejarah adalah sumber yang disampaikan oleh saksi mataSumber sekunder adalah sumber yang waktu pembuatannya jauh dari waktu terjadinya peristiwa, sumber ini berupa garapan dari sumber yang asli
Sedangkan berdasarkan bentuknya sumber sejarah dapat diklasifikasikan menjadi:

1.      Sumber dokumenter yaitu keterangan tertulis yang berkaitan dengan peristiwa sejarah (berupa bahan sejarah dalam bentuk tulisan),. Contoh: prasasti, kronik, babad, piagam, dokumen, laporan, arsip, dan surat kabar.

2.      Sumber korporal yaitu benda-benda peninggalan masa lampau (berwujud benda, seperti bangunan, arca, perkakas, fosil, artefak dan sebagainya).

3.      Sumber lisan yaitu keterangan langsung dari pelaku atau saksi dari suatu peristiwa sejarah. Contohnya: cerita dari seseorang

4.      Sumber rekaman yaitu sumber yang berasal dari rekaman, dapat berupa kaset audio dan kaset video. Misalnya: rekaman proklamasi kemerdekaan 17 agustus 1945, masa pendudukan jepang.

2.3 Metode Verifikasi (kritik sumber)
Setelah sumber dikumpulkan, Langkah selanjutnya adalah penulis melakukan penyaringan secara kritis terhadap sumber yang telah diperoleh, terutama terhadap sumber-sumber primer agar terjaring fakta yang menjadi pilihannya. Langkah inilah yang disebut kritik sumber, baik terhadap bahan materi (ekstern) sumber maupun terhadap substansi (isi) sumber. Dalam tahap ini data-data yang telah diperoleh berupa sumber tertulis maupun sumber lisan disaring dan dipilih untuk dinilai dan diselidiki kesesuaian sumber, keterkaitan dan keobjektifan.
Dalam bukunya Sjamsuddin (2007: 133) terdapat lima pertanyaan yang harus digunakan untuk mendapatkan kejelasan keamanan sumber-sumber tersebut, yaitu:
·         Siapa yang mengatakan itu?
·          Apakah dengan satu atau cara lain kesaksian itu telah di ubah?
·         Apakah sebenarnya yang dimaksud oleh orang itu dengan kesaksiannya?
·          Apakah orang yang memberikan kesaksian itu seorang saksi mata yang kompeten, apakah ia mengetahui fakta?
·         Apakah saksi itu megatakan yang sebenarnya dan memberikan kepada kita fakta yang diketahui itu?
Didalam proses analisa terhadap suatu dokumen, sejarawan harus selalu memikirkan unsur-unsur yang relevan didalam dokumen itu sendiri secara keseluruhan. Unsur didalam dokumen dianggap relevan dan dapat dipercaya (kredibel) apabila unsur itu paling dekat dengan apa yang telah terjadi. Identifikasi terhadap sipembuat dokumen atau sumber sejarah pun perlu dilakukan untuk menguji keautentikannya. (Sjamsudin, 1996:2-3).
2.4 Metode interpretasi (Analisis Fakta Sejarah)
Sebelum sampai pada tahap historiografi, terlebih dahulu fakta sejarah tersebut digabung-gabungkan (disintesakan) berdasarkan subjek kajian. Tahap ini merupakan tahap penafsiran terhadap sumber-sumber yang telah disaring dan diidentifikasi melalui proses kritik ekstern dan intern yaitu berupa fakta. Fakta yang telah didapatkan tersebut kemudian disusun, diolah, dan ditafsirkan oleh peneliti sehingga peneliti dapat menguji kebenarannya. Setelah kebenaran didapatkan, maka peneliti menggabungkan atau merekonstruksi fakta tersebut menjadi sebuah satu kesatuan yang dibantu dengan “historical thingking”. Hal tersebut dilakukan dengan memikirkan kembali masa lalu seolah-olah peneliti mengalami dan menjadi pelaku pada peristiwa yang terjadi pada masa lalu tersebut. Sehingga peneliti dapat memperoleh gambaran tentang permasalahan yang dikaji.
Metode interpretasi sejarah memang pada umumnya memang sering diarahkan kepada pandangan para ahli filsafat sehingga sejarawan bisa mendapatkan kemungkinan jalan pemecahan dalam menghadapi masalah historis. Beberapa interprestasi mengenai sejarah yang muncul dalam aliran-aliran filsafat itu dapat dikelompokkan sebagai berikut :
o   Interpretasi monistik, yakni interpretasi yang bersifat tinggal atau suatu penafsiran yang hanya mencatat peristiwa besar dan pembuatan orang terkemuka. Interprestasi ini meliputi :
§  Interpretasi teologis, yang menekankan pada takdir Tuhan sehingga peranan
§  gerak sejarah bersifat pasif.
§  Interpretasi geografis, yakni peranan sejarah ditentukan oleh factor geografis,dengan pertimbangan letak bumi akan mempengaruhi pola hidup dan cara hidup manusia
§  Interpretasi ekonomis,yang secara determistik factor ekonomi sangat berpengaruh,sekalipun tidak dapat menerangkan mengapa suatu suku bangsa berbeda padahal perekonomian hampir sama
§  Interpretasi rasial,ia;ah penafsiran yang ditentukan oleh peranan rasa tau bangsa.
o   Interpretasi pluralistic, dimunculkan oleh filsuf abad XIX yang mengemukakan bahwa sejarah akan mengikuti perkembangan-perkembangan social,budaya,politik,dan ekonomi yang menunjukkan pola peradaban yang bersifat multikompleks

2.5. Metode Historigrafi (penulisan Sejarah)
Tahap selanjutnya dari proses penelitian ini adalah historiografi. Kegiatan tersebut merupakan tahap paling akhir dari metode penelitian sejarah. Penulis memaparkan seluruh hasil penelitian dalam bentuk tulisan karya ilmiah. Menurut Ismaun (2005: 28), Historiografi berarti pelukisan sejarah, gambaran sejarah tentang peristiwa yang terjadi pada waktu yang telah lalu yang disebut sejarah. Historiografi juga menggambarkan pemikiran penulis yang diawali dengan tahap heuristik, kritik sumber, hingga interpretasi yang merupakan hasil penelitian di lapangan yakni tentang Afrika Selatan dibawah pemerintahan Presiden Nelson Mandela (1994 – 1999).
Hasan Usman dalam Abdurrahman (1999: 67-68) mengungkapkan bahwa terdapat beberapa syarat umum yang harus diperhatikan oleh seorang peneliti dalam melakukan pemaparan sejarah, antara lain:
1.      Peneliti harus memiliki kemampuan mengungkapkan bahasa secara baik, agar data dapat dipaparkan seperti apa adanya atau seperti yang dipahami oleh peneliti dan dengan gaya bahasa yang khas.
2.      Terpenuhinya kesatuan sejarah, yakni suatu penulisan sejarah itu disadari sebagai bagian dari sejarah yang lebih umum, karena ia didahului oleh masa dan diikuti oleh masa pula. Dengan perkataan lain, penulisan itu ditempatkannya sesuai dengan perjalanan sejarah.
3.      Menjelaskan apa yang ditemukan oleh peneliti dengan menyajikan bukti-buktinya dan membuat garis-garis umum yang akan diikuti secara jelas oleh pemikiran pembaca.
4.      Keseluruhan pemaparan sejarah haruslah argumentatif, artinya usaha peneliti dalam mengerahkan ide-idenya dalam merekonstruksi masa lampau itu didasarkan pada bukti-bukti terseleksi, bukti yang cukup lengkap dan detail fakta yang akurat.
Cukup jelas bahwa hal yang membedakan penulisan sejarah dengan penulisan ilmiah bidang lain ialah penekanannya pada aspek kronologis.











BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Metode sejarah merupakan cara atau teknik dalam merekontruksi peristiwa masa lampau, melalui empat tahapan kerja,yaitu heuristik (pengumpulan sumber), kritik sumber (eksternal/bahan dan internal/isi),interprestasi (penafsiran),dan historiografi (penulisan kisah sejarah).





















Daftar Rujukan

Sjamsudin, H. 1994. Metodologi Sejarah. Jakarta: Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan.

Abdurrahman,dudung,Metodologi penelitian sejarah.jogyakarta:Ar Ruzz Media,2007

Hamid,Abd Rahman dan Muhammad saleh madjid.Pengantar Ilmu Sejarah.Yogyakarta:penerbit ombak,2011





































Tidak ada komentar:

Posting Komentar