Selasa, 18 Oktober 2016

Lahir dan Berkembanganya Nasionalisme di Dunia serta Perngaruhnya Terhadap Kemerdekaan Indonesia



Lahir dan Berkembanganya Nasionalisme di Dunia serta Perngaruhnya Terhadap Kemerdekaan Indonesia
Oleh: Engel Bertus Harto Darom, Eni Retno putri, Khavita Mutiara, Luluk Mahmiya, Riza Brandon Mahendra.
Abstrak : Nasionalisme mendorong perubahan drastis dalam kehidupan sosial dan kenegaraan(politik) di dunia. Pada kurun waktu empat abad, yaitu mulai abad ke 17 hingga abad ke-20 sejak kemunculannya Nasionalisme membawa pengaruh besar pada dunia terutama di Eropa dan Asia-Afrika. Pada dasarnya pertumbuhan dan perkembangan Nasionalisme di Dunia berdasar pada adanya tuntutan hak asasi manusia atas kemerdekaan dan persamaan serta perasaan cinta setiap individu terhadap bangsa dan negaranya. Nasionalisme memicu lahirnya kesadaran akan kesatuan dan persatuan sebagai suatu bangsa. Nasionalisme juga mempengaruhi Indonesia, dengan terbentuknya organisasi Budi Utomo sebagai pelopor kebangkitan Nasionalisme di Indonesia.
 Kata kunci: nasionalisme, bangsa, kemerdekaan , Budi Utomo,

Secara etimologis, kata nation berakar dari kata Bahasa Latin natio. Kata natio sendiri memiliki akar kata nasci, yang dalam penggunaan klasiknya cenderung memiliki makna negatif (peyoratif). Ini karena kata nasci digunakan masyarakat Romawi Kuno untuk menyebut ras, suku, atau keturunan dari orang yang dianggap kasar atau yang tidak tahu adat menurut standar atau patokan moralitas Romawi. Nasionalisme merupakan suatu gejala historis yeng telah berkembang akibat dari dinamika kondisi politik, ekonomi dan sosial secara khusus. Sehingga, kemudian arti nasionalisme itu sendiri juga ikut berkembang. Nasionalisme adalah suatu paham yang berpendapat bahwa kesetiaan tertinggi individu harus diserahkan kepada negara kebangsaan (Winarni, 2014: 143). Bagi beberapa kasus historis, nasionalisme adakalanya juga ditimbulkan oleh situasi kolonial, sehingga di beberapa negara terjajah, nasionalisme dan kolonialisme tidak terlepas satu dengan yang lain.
Nasionalisme muncul karena adanya persamaan sikap dan tingkah laku dalam memperjuangkan nasib yang sama. Hans Kohn berpendapat bahwa nasionalisme adalah suatu paham yang menempatkan kesetiaan tertinggi individu kepada negara dan bangsa. Sementara itu, Ernest Renant menyatakan, nasionalisme ada ketika muncul keinginan untuk bersatu.
Beberapa orang masih salah menyamakan antara nasionalisme dengan bangsa. Padahal itu jelas berbeda, karena bangsa merupakan suatu kelompok masyarakat yang merasa memiliki kejadian historis yang sama. Sedangkan nasionalisme merupakan suatu paham atau aliran yang dihasilkan dari suatu gejala historis. Von Herder (dalam Winarni, 2014:177) mengatakan bahwa dengan menjadi bagian dari suatu bangsa, maka nasionalisme memberikan kita suatu identitas, bangsa kita mempunyai masa lalu, suatu sejarah nenek moyang “akar-akar” yang menempatkan kita dalam suatu tradisi. Sundoro (dalam Winarni, 2014:146) berpendapat bahwa nasionalisme merupakan suatu keharusan sejarah.

SEJARAH LAHIRNYA NASIONALISME
Dalam perspektif sejarah kuno tidak diketahui secara pasti mengenai konsep nasionalisme, tetapi tokoh-tokoh yang bisa disebut sebagai pencetus teori nasionalisme telah muncul sekitar abad ke XVIII, seperti Von Herder (1774 – 1803), Rousseau (1712 -1778). Mereka ini sering disebut sebagai nabi negara nasional, dengan teorinya tentang bangsa, serta Fiederich Hegel (1770 -1831) yang terkenal dengan teorinya tentang negara” (Fukuyama, 2004:3).
Nasionalisme bisa dibedakan menjadi dua yaitu nasionalisme kuno dan nasionalisme modern. Nasionalisme kuno lebih banyak mendekati ikatan kesukuan. Tribalisme atau kesukuan adalah kepercayaan akan kesetiaan pada sesama jenisnya sendiri, yang didefinisikan oleh etnisitas, bahasa, budaya, agama sebagai titik tolak dari nasionalisme baru (Une, 2010:177). Sedangkan nasionalisme dalam arti modern memiliki karakteristik dalam kehidupan politik selama masa industri. Menurut Denny J.A (dalam Une, 2010:178) nasionalisme modern berarti sepenuhnya bebas dalam hubungannya dengan negara-negara lain, sekaligus bangsa harus memberi kebebasan kepada warganya. Sedangkan Hans, (1984:89) menyatakan bahwa nasionalisme modern baru nyata dengan kedudukan Inggris memimpinn Eropa pada abad ke 17.
Ada dua unsur penting di dalam nasionalisme, yaitu persatuan dan kemerdekaan (Dekker, 1997:13). Pemikiran nasionalisme modern lahir di pikiran para ahli ilmu di Eropa Barat, diantaranya yaitu John Locke, J.J Rousseau dan John Gottfried Herder.
Maarif (dalam Une, 2010:178) mengemukakan bahwa munculnya sekelompok negara-negara kuat di Eropa pada abad ke 16, seperti Inggris, Prancis, Spanyol, Portugal dan lain sebagainya lebih merupakan ambisi para raja dan bukan menandakan munculnya nasionalisme. Dengan demikian di Eropa nasionalisme ditandai dengan adanya transisi dari masyarakat feodal ke masyarakat industri. Proses peralihan itu terjadi pada abad XVII yang didahului oleh kapitalisme awal dan liberalisme.
Kekuasaan kaum feodal mulai surut dan digantikan oleh para borjuis kota. Mereka tidak mau terikat oleh ketentuan-ketentuan dalam masyarakat agraris, tetapi mereka ingin bebas melakukan usaha, bersaing dan mencari keuntungan sebanyak mungkin. Faham inilah yang kemudian melahirkan apa yang dikenal dengan liberalisme. Kaum borjuis dengan revolusi industrinya itu kemudian berkembang di Eropa Barat. Di tengah-tengah keadaan seperti itulah lahirlah nasionalisme Eropa Barat. Nasionalisme tersebut kemudian membangun kesadaran adanya perbedaan antar bangsa di Eropa Barat. Nasionalisme seperti itu tumbuh menjadi satu aliran yang penuh emosi dan sentimen, kecongkakan dan chauvinisme, sehingga nasionalisme Eropa Barat melahirkan kolonialisme, yaitu nafsu mencari jajahan di luar benua sendiri.
Negara-negara nasional seperti Jerman, Prancis, Inggris dan Italia berebut wilayah kekuasaan di Asia dan Afrika.  Negara-negara Eropa melaksanakan imperealisme dan kolonialisme dengan menduduki tanah jajahan. Sedangkan nasionalisme di negeri jajahan, sasaran pokoknya melawan imperialisme. Nasionalisme di tanah jajahan itu bersifat revolusioner. Nasionalisme ini tidak hanya menginginkan lenyapnya penindasan politik saja, tetapi juga penindasan sosial ekonomi. Dengan demikian tampaklah perbedaan watak nasionalisme Eropa dengan nasionalisme Asia (Indra, 2014).
Selain itu, sebab lain lahirnya nasionalisme adalah penaklukkan negara bangsa lain oleh negara tertentu yang mengakibatkan kesengsaraan bagi masyarakat negara bangsa yang ditaklukkan. Dampak dari munculnya paham nasionalisme di Indonesia adalah munculnya rasa ingin bebas dan merdeka dari pengaruh bangsa Asing. Sehingga, timbullah usaha-usaha memerdekakan diri dan bangsanya, baik itu melalui konfrontasi maupun jalur negosiasi.
Ali Maschan Moesa dalam buku yang berjudul Nasionalisme Kyai (2007:28-29) menyatakan bahwa kata kunci dalam nasionalisme adalah Kesetiaan ini muncul karena adanya kesadaran akan identitas kolektif yang berbeda dengan yang lain. Pada kebanyakan kasus, hal itu terjadi karena kesamaan keturunan, bahasa atau kebudayaan. Rangsangan untuk bergerak justru datang dari pengalaman batinnya sendiri. walaupun demikian kejadian-kejadian di luar negeri banyak pula memberikan dorongan. Namun unsur yang paling penting dalam nasionalisme adalah adanya kemauan untuk bersatu.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa nasionalisme itu merupakan suatu paham rasa cinta dan setia terhadap negara yang ditunjukkan oleh rasa ingin bersatu. Nasionalisme dalam pandangan bangsa yang terjajah oleh kolonialisme Barat merupakan kebangkitan dari rakyat untuk mendapatkan kemerdekan dan mendirikan negara yang bebas serta merdeka dari penjajahan. Sedangkan nasionalisme Barat bangkit dari reaksi masyarakat yang merasakan ketidaknyamanan budaya terhadap perubahan-perubahan yang terjadi akibat kapitalisme dan industrialisme.

PERKEMBANGAN NASIONALISME
Pada abad ke 18, nasionalisme muncul di Eropa. Paham nasionalisme berkembang dan menyebar dari Eropa ke seluruh dunia pada abad ke-19 dan 20. Pada intinya nasionalisme muncul karena adanya persamaan sikap dan tingkah laku dalam memperjuangkan nasib yang sama. Perkembangan nasionalisme di Barat khususnya di Eropa berjalan melalui tiga fase demikian: pertama, bermula pada saat hancurnya kerajaan yang dimulai pada zaman akhir abad pertengahan dan mulai berdirinya negara-negara nasional dengan ciri pokok dalam fase ini ialah identifikasi bangsa dalam perorangan yang berkuasa.
Fase kedua dari perkembangan nasionalisme di Eropa bermula sejak kekacauan perang Napoleon dan berakhir dalam tahun 1914. Peletak dasar dari nasionalisme modern yaitu Jean Jacques Rousseau (1712-1778). Ia menolak penjelmaan bangsa pada seorang penguasa atau kelas yang berkuasa dan yang secara berani mengidentifikasikan bangsa dengan rakyat (volk) atau people.
Fase ketiga, perkembangan nasionalisme di Eropa merupakan ungkapan dari tuntutan massa untuk ikut berperan sedemikian rupa hingga nasionalisme taraf ketiga ini dapat disebut sebagai ”sosialisasi dari pada bangsa”. Ungkapan kepentingan dan perasaan massa ini tercermin di setiap kebijaksanaan politik dan ekonomi bangsa yang bersangkutan dengan dorongan massa, sehingga mensyaratkan adanya loyalitas dari massa tersebut. Corak dalam fase ini melebih-lebihkan kepentingan bangsa sendiri, melampaui batas sehingga mudah menjelma menjadi suatu nasionalisme sempit dan congkak yang berkeinginan untuk mengadakan adu kekuatan dengan bangsa lain (Hardjosatoto, 1985:63).
Perkembangan Nasionalisme berjalan dengan pesatnya setelah terjadinya perang Dunia ke II terbukti dengan lahirnya beberapa negara nasional baru di Asia dan Afrika, sehingga Nasionalisme bukan hanya meliputi dalam wilayah regional tetapi sudah mengarah kepada internasionalisme, keluar wilayah Eropa. (Rochmadi, 1992: 69).

PENGARUH NASIONALISME DI BARAT TERHADAP INDONESIA
Nasionalisme  Indonesia adalalah gejala historis yang tidak dapat dilepaskan dari pengaruh kekuasaan kolonialisme bangsa barat. Nasionalisme Indonesia secara umum bertujuan ke dalam memperhebat nation building dan charackter building sesuai dengan filsafah dan pandangan hidup bangsa, sedangkan tujuan keluar secara antitesis dan antagonis melakukan konfrontasi atau menolak segala bentuk kolonialisme. Bahwa terhadap kolonialisme, baik yang materialistik maupun yang ideologis, nasionalisme Indonesia bersikap menentang secara prinsipil (Sutomo, 1995:21). Hal ini dapat dimengerti karena nasionalisme ingin mengembalikan “the human dignity”, harga diri manusia yang hilang karena kolonialisme.
Nasionalisme merupakan sebuah paham, sehingga membawa konsekuensi dapat memberikan manfaat dan hasil yang konkret. Untuk itu perlu adanya seperangkat alat bantu yang dapat mendukung dan memperjuangkan apa yang menjadi ide-ide dari paham tersebut. Dalam hal ini para pelajar Indonesia sebagai kelompok cendikiawan (kelompok elit modern) menyadari sepenuhnya bahwa seperangkat alat yang dibutuhkan itu lain adalah sebuah organisasi modern. Organisasi yang teratur dan modern diperukan guna mewujudkan ide nasionaisme itu. Kesadaran semacam itu pulalah yang kemudian telah memberikan motivasi pada sekelompok pemuda pelajar di Stovia yang dipimpin oleh pemuda Soetomo untuk mendirikan perkumpulan Boedi Oetomo (1908) sebagai organisasi pergerakan pertama yang menjadi perintis atau pelopor bagi lahirnya organisasi-organisasi pergerakan kebangsaan Indonesia lain baik di dalam aupun di luar negeri.
Ada beberaa kalangan berpendapat bahwa nasionalisme Indonesia itu asalnya dari Barat. Hal itu tidak seluruhnya benar sebab seperti dikemukakan bahwa tumbuhnya nasionalisme sebagai gejala sejarah yang didorong oleh banyak faktor obyektif. Seperti diakui oleh Khon bahwa “nasionalisme tidaklah sama di setiap negara dan setiap zaman. Nasionalisme merupakan peristiwa sejarah, jadi ditentukan oleh ide-ide politik dan susunan masyarakat dari berbagai negara tempatnya terakar” (Sutomo, 1995:28). Mesikpun diakui terdapat pengaruh dari Barat yang mempengaruhi dan ikut membentuk nasionalisme Indonesia, antara keduanya terdapat perbedaan yang mendasar. Nasionalisme di Indonesia melandasi perjuangan bangsa Indonesia mempunyai identitas sendiri, nasionalisme di Indonesia tumbuh dan berkembang dari dan dalam masyarakat Indonesia sendiri. Berbeda dari nasionalisme Barat, nasionalisme Indonesia tidak didasarkan atas falsafah yang sempit dan deterministik. Hal itu mengandung makna bahwa dengan nasionalisme itu bangsa Indonesia menyadari keberadaanya dalam tata pergaulan hidup dengan bangsa-bangsa lain.
Nasionalisme Indonesia mengalami pertumbuhan dan perkembangan pada masa lalu seirama dengan dinamika pertumbuhan dan perkembangan pergerakan kebangsan Indonesia. Oleh karena itu, sifat dan corak perkembangannya tampil sesuai dengan sifat dan corak organisasi pergerakan yang mewakilnya. Kelahiran Budi Utomo telah dilandasi oleh nasionalisme dalam bentuknya yang masih samar-samar, hal itu tampak dari aktivitasnya. Perkumpulan ini dengan jelas membatasi gerakannya terbatas pada Jawa-Madura. Sasaran perjuangannya juga tampak belum tegas antara perjuangan politik atau terbatas pada sosiokultural. Sikap ragu-ragu itu menyebabkan aktfitasnya cenderung hanya di bidang kebudayaan. Itulah sebabnya Hatta menyebutkan Budi Utomo sebagai gerakan kultural nasionalisme. Anggotanya terbatas pada golongan priyayi.

KEBANGKITAN NASIONAL INDONESIA
Periode akhir abad XIX dan awal abad XX merupakan periode awal pertumbuhan modernisasi mayarakat bumi putera. Moderenisasi dalam hal ini diartikan sebagai hasrat untuk mencapai kemajuan dengan menuntut pelajaran dan pendidikan, terutama pendidikan model Barat. Dalam masyarakat bumi putera mulai saat itu telah tumbuh kesadaran diri akan ketertinggalan kebudayaan jika dibandingkan dengan bangsa Belanda ketika itu sebagai penjajah. Buktinya adalah bahwa semakin banyak anak yang mengunjungi sekolah untuk menuntut ilmu pengetahuan dan teknik, makin banyak penduduk pribumi yang mencari kesempatan untuk mendapatkan pendidikan modern. Hal itu semakin meningkat setelah adanya politik etis di Hindia Belanda yang salah satu programnya adalah pengembangan pendidikan bagi kalangan bumi putera. Gejala itu menjadi tanda bahwa masyarakat berkembang kearah kesadaran nasional, dan timbulnya keberanian dorongan yang kuat untuk memperoleh kemajuan.
Budi Utomo sebagai suatu organisasi pergelakan nasonal pertama didirikan atas dasar tuntutan adanya kemajuan yang direfleksikan dalam bentuk suatu organisasi itu sebagai jawaban terhadap penetrasi barat atas imperialisme dan kapitalismenya sebagai dorangan kuat untuk menjunjung tinggi derajat bangsa. Pada tahun 1906 dan 1907 Wahidin Susirohusodo mengadakan suatu perjalanan keliling ke seluruh Jawa dalam rangka menganjurkan perlunya perluasan kehidupan rakyat, anjurannya tersebut tidak hanya  bergantung kepada pemerintah Hindia Belanda tetapi juga dapat terealisasi jika bangsa Indonesia juga mau berusaha sendiri dengan cara membentuk studiesfonds atau dana pelajar yang hasilnya akan digunakan untuk membantuk para pelajar pandai yang kurang mampu dalam hal biaya. Pada tahun 1907 akhirnya perjalannya sampai di Jakarta dan bertemu dengan pelajar Stovia (sekolah dokter bumi), disitulah Wahidin bertemu dengan Sutomo dan berbincang-bincang tentang nasib rakyat yang masih kurang mendapat perhatian dibidang pendidikan. Sebagi realisasi dari gagasan yang telah mendapatkan dukungan dari teman-temannya para pelajar Stovia itu pada tanggal 20 Mei 1908 maka dibentuklah organisasi yang kemudian diberi nama Budi Utomo dan sebagai ketuanya yaitu Sutomo.
Menurut Tirtoprojo istilah Budi Utomo berasal dari kata “Budi” yang berarti perangkat atau tabiat dan “Utomo” yang dimaksud baik atau luhur. (Sutomo,1995:50). Budi Utomo maksudnya adalah perkumpulan yang akan mencapai sesuatu berdasarkan keluhuran budi, kebaikan perangai atau tabiat. Organisasi tersebut terdiri dari para priyayi Jawa. Anggota organisasi Budi Utomo ini antara lain yaitu Sutomo, Suradji, M. Muhammad Saleh, Mas Suwarno, Muhammad Suaiman, Gunawan, Gumberg, dan R. Angka. Susunan pengurus Budi Utomo ketika itu adalah : ketua: R. Sutomo; Wakil ketua: M. Sulaiman; Sekretaris I: Suwarno; Sekretaris II: M. Gunawan; Bendahara: R. Angka; Komisaris: M. Suwarno, M. Muhammad Saleh.
Penerimaan anggota dibatasi yang diterima hanya mereka yang mempunyai kesadaran dan antusias untuk mendukung dan merealisasikan cita cita dan ide dalam organisasi Budi Utomo. Walaupun tidak melakukan propoganda besar-besaran  dalam satu triwulan jumlah anggota sudah mencapai 650 orang., diantaranya  banyak kaum terpelajar, pamong praja,dan wiraswasta, dalam waktu singkat antara bulan Mei- Oktober 1908 cabang-cabang  organisasi ini telah berdiri di Jakarta, Bogor, Bandung, Magelang, Surabaya , Probolinggo, dan Yogyakarta. Tujuan Budi Utomo memang belum sepenuhnya menunjukkan sifatnya yang nasional , tujuan awalnya yaitu mencapai kemakmuran yang harmonis untuk nusa dan bangsa Jawa dan Madura, dan akhirnya kemudian berkembang. Berdasarkan hasil kongres yang pertama di Yogyakarta pada bulan Oktober 1908 bahwa tampak seolah- olah perhatian Budi Utomo terbatas pada masalah-masalah yang berkatian dengan pendidikan dan kebudayaan, sebenarnya tidak hanya sebatas itu namun hal tersebut didasarkan bahwa segala kesensaraan dan rendahnya kehidupan perekonomian  bangsanya disebabkan karena kebodohan hal ini yang menyebabkan organisasi ini lebih menitik beratkan pendidikan da kebudayaan.
Dalam perkembangannya gerakan nasional ini tetap diawasi oleh agen-agen ragasia pemerintah kolonial untuk melihat kemungkinan mereka berkembang menjadi gerakan politik yang dapat membahayakan kedudukan pemerintah kolonial Belanda di Nusantara. Cara bergerak organisasi ini bersifat halus dan hati-hati karena kebnayakan anggotanya terdiri dari para priyayi yang bekerja dalam jajaran birokarsi pemerintah Belanda. Dengan cara tersebut organisasi tersebut terhindar dari sikap represif pemerintah kolonial Belanda, sehingga mereka dapat menggerakkan masyarakat Indonesia ke arah kemajuan yang pada gilirannya siap menghadapi tempaan zaman di kemudian hari untuk menuju kemerdekaan Indonesia. Budi Utomo akhirnya diberi “rechtspoon-lijkheid, yakni mendapat pengesahan dan hak hidup sesuai dengan perundang-undangan.
Perkembangan gerakan nasional Indonesia memang tidak semata-mata dari politik etis, tetapi melalui kebijakan pendidikan yang diselenggarakan yang telah melahirkan bibit tokoh-tokoh nasionalis yang menggerkkan bumi nusantara ke arah kemerdekaan Indonesia. Setelah kelahiran Budi Utomo kemudian muncul organisasi-organisasi lain yang pernah mengancam pendidikan Barat, mulai dari sekolah guru sampai dengan sekolah teknik. Lahirnya organisasi Budi Utomo mempunyai arti yang penting bagi pergerakan kebangsaan Indonesia, Budi Utomo telah mewakili aspirasi pertama dari rakyat jawa ke arah kebangkitan dengan demikian juga aspirasi seluruh rakyat Indonesia dan sebagai pelopor munculnya organisasi nasionalisme selanjutnya. Itulah sebabnya berdirinya Budi Utomo 20 Mei tepat dikatakan sebagai kebangkitan nasional yang menyebarkan benih-benih persatuan seluruh bangsa, sejak berdirinya Budi Utomo dalam sejarah Indonesia dimulailah suatu perjuangan babak baru, suatu babak pergerakan kebangsaann di seluruh Indonesia.
PENUTUP
            Nasionalisme adalah suatu paham tentang kebangsaan, yang muncul karena adanya persamaan sikap dan tingkah laku dalam memperjuangkan nasib yang sama. Nasionalisme sendiri lahir oleh beberapa faktor pendorong lahirnya nasionalme. Faktor tersebut berbeda antara di Barat (Eropa) dan di Asia. Pada intinya Nasionalisme lahir di Eropa yang kemudian mempengaruhi sistem kenegaraan di Eropa, yang kemudian berpengaruh ke Asia.
            Dalam perkembangannya sendiri Nasionalisme di dunia telah mengalami tiga tahap perkembang mulai dari lahirnya Nasionalisme hingga Nasionalisme berubah tujuan dari awal mula dilahirkan dan menghasilkan Nasionalisme Modern. Nasionalisme Modern ini berbeda dengan Nasionalisme pada awal kemunculannya di dunia.
            Seperti yang disebutkan bahwa nasionalisme di eropa menyebabkan adanya imperialisme terhadap wilayah-wilayah tertentu yang memiliki bahan baku yang dibutuhkan, dan dijadikan sebagai wilayah kekuasaan bagi negara Eropa yang berhasil menempatinya. Salah satu wilayah yang paling dicari oleh Negara-negara Eropa adalah wilayah Asia yang kaya akan bahan baku yang dibutuhkan mereka sebagai komoditi perdagangan. Imperialisme yang dilakukan oleh Negara-negara Eropa inilah yang kemudian menjadi salah satu faktor timbulnya Nasionalisme di wilayah imperial seperti di Asia.
Sebagai salah satu wilayah di benua Asia, Indonesia bisa dibilang sebagai Negara yang cukup eksis dalam dunia imperilaisme negara Eropa, hal ini terbukti dengan banyaknya negara Eropa yang silih berganti ingin  menguasai Indonesia. Pengekangan yang dilakukan oleh imperialisme dan kolonialisme Barat di Indonesia, menyebabkan bangsa Indonesia sadar akan kebutuhan untuk merdeka dan mengusir penjajah ari tanah air. Hal inilah yang kemudian menjadi salah satu pendorong bangkitnya Nasionalisme di Indonesia.
Nasioalisme di Indonesia di pelopori oleh organisasi pemuda pertama di Indonesia yaitu Budi Utomo pada tahun 1908. Dari organisasi kemudian muncul organisasi-organisasi lain baik berdasarkan wilayah, suku, maupun agama dengan tujuan untuk memperjuangkan kemerdekaan bangsa Indonesia.


DAFTAR PUSTAKA
Dekker, Nyoman. 1997. Sejarah Pergerakan dan Revolusi Nasional. Malang: Penerbit IKIP Malang.
Hans, Kohn. 1984. Nasionalisme Arti dan Sejarahnya. Jakarta : Erlangga.
Hardjosatoto, S. 1985. Sejarah pergerakan Nasional Indonesia Suatu Analisa Ilmiah. Yogyakarta: Liberty.
Indra, Fendy. 2014. Sejarah Pemikiran Besar (Ideologi): Nasionalisme, (Online), (http://fendyi.blogspot.co.id/2014/04/sejarah-pemikiran-besar-ideologi_25.html), diakses 27 Agustus 2016.
Moesa, Ali Maschan. 2007. Nasionalisme Kyai. Jogjakarta: LKIS.
Rochmadi, Nur Wahyu. 1992. Imperialisme dan Nasionalisme. Malang: IKIP Malang.
Salatalohnya, Fahmi & Pelu, A. 2004. Nasionalisme Kaum Pinggiran. Yogyakarta: LKIS Yogyakarta.
Une, Darwin. 2010. Perkembangan Nasionalisme di Indonesia dalam Perspektif Sejarah. INOVASI, (Online), 7 (1): 176-187, (http://download.portalgaruda.org/article.php?article=40763&val=3590), diakses 02 Oktober 2016.
Utomo,Budi Cahyo.1995.Dinamika Pergerakan Kebangsaan Indonesia Dari Kebangkitan   Hingga Kemerdekaan. Semarang: IKIP Semarang Press.
Winarni, Retno. 2014. Sejarah Pemikiran Modern. Jogjakarta: LaksBang PRESSindo.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar