Lahir dan Berkembanganya Nasionalisme di Dunia serta
Perngaruhnya Terhadap Kemerdekaan Indonesia
Oleh: Engel Bertus Harto
Darom, Eni Retno putri, Khavita Mutiara, Luluk Mahmiya, Riza Brandon Mahendra.
Abstrak : Nasionalisme
mendorong perubahan drastis dalam kehidupan sosial dan kenegaraan(politik) di
dunia. Pada kurun waktu empat abad, yaitu mulai abad ke 17 hingga abad ke-20
sejak kemunculannya Nasionalisme membawa pengaruh besar pada dunia terutama di
Eropa dan Asia-Afrika. Pada dasarnya pertumbuhan dan perkembangan Nasionalisme
di Dunia berdasar pada adanya tuntutan hak asasi
manusia atas kemerdekaan dan persamaan serta perasaan cinta setiap individu
terhadap bangsa dan negaranya. Nasionalisme memicu lahirnya kesadaran akan
kesatuan dan persatuan sebagai suatu bangsa. Nasionalisme juga mempengaruhi
Indonesia, dengan terbentuknya organisasi Budi Utomo sebagai pelopor kebangkitan Nasionalisme di Indonesia.
Kata
kunci: nasionalisme, bangsa, kemerdekaan , Budi Utomo,
Secara etimologis, kata nation berakar
dari kata Bahasa Latin natio. Kata natio sendiri memiliki akar
kata nasci, yang dalam penggunaan klasiknya cenderung memiliki makna
negatif (peyoratif). Ini karena kata nasci digunakan masyarakat Romawi
Kuno untuk menyebut ras, suku, atau keturunan dari orang yang dianggap kasar
atau yang tidak tahu adat menurut standar atau patokan moralitas Romawi.
Nasionalisme merupakan suatu gejala historis yeng telah berkembang akibat dari
dinamika kondisi politik, ekonomi dan sosial secara khusus. Sehingga,
kemudian arti nasionalisme itu sendiri juga ikut berkembang. Nasionalisme adalah
suatu paham yang berpendapat bahwa kesetiaan tertinggi
individu harus diserahkan kepada negara kebangsaan (Winarni, 2014: 143). Bagi
beberapa kasus historis, nasionalisme adakalanya juga ditimbulkan oleh situasi
kolonial, sehingga di beberapa negara terjajah, nasionalisme dan kolonialisme
tidak terlepas satu dengan yang lain.
Nasionalisme muncul karena adanya persamaan
sikap dan tingkah laku dalam memperjuangkan nasib yang sama. Hans Kohn
berpendapat bahwa nasionalisme adalah suatu paham yang menempatkan kesetiaan
tertinggi individu kepada negara dan bangsa. Sementara itu, Ernest Renant
menyatakan, nasionalisme ada ketika muncul keinginan untuk bersatu.
Beberapa
orang masih salah menyamakan antara nasionalisme dengan bangsa. Padahal itu
jelas berbeda, karena bangsa merupakan suatu kelompok masyarakat yang merasa
memiliki kejadian historis yang sama.
Sedangkan nasionalisme merupakan suatu paham atau
aliran yang dihasilkan dari suatu gejala historis. Von Herder (dalam Winarni,
2014:177) mengatakan bahwa dengan menjadi bagian dari suatu bangsa, maka
nasionalisme memberikan kita suatu identitas, bangsa kita mempunyai masa lalu,
suatu sejarah nenek moyang “akar-akar” yang menempatkan kita dalam suatu
tradisi. Sundoro (dalam Winarni, 2014:146) berpendapat bahwa nasionalisme
merupakan suatu keharusan
sejarah.
SEJARAH
LAHIRNYA NASIONALISME
Dalam
perspektif sejarah kuno tidak diketahui secara pasti mengenai konsep
nasionalisme, tetapi tokoh-tokoh yang bisa disebut sebagai pencetus teori
nasionalisme telah muncul sekitar abad ke XVIII, seperti Von Herder (1774 –
1803), Rousseau (1712 -1778). Mereka ini sering disebut sebagai nabi negara
nasional, dengan teorinya tentang bangsa, serta Fiederich Hegel (1770 -1831)
yang terkenal dengan teorinya tentang negara” (Fukuyama, 2004:3).
Nasionalisme
bisa dibedakan menjadi dua yaitu nasionalisme kuno dan nasionalisme modern.
Nasionalisme kuno lebih banyak mendekati ikatan kesukuan. Tribalisme atau
kesukuan adalah kepercayaan akan kesetiaan pada sesama jenisnya sendiri, yang
didefinisikan oleh etnisitas, bahasa, budaya, agama sebagai titik tolak dari
nasionalisme baru (Une, 2010:177). Sedangkan nasionalisme dalam arti modern
memiliki karakteristik dalam kehidupan politik selama masa industri. Menurut
Denny J.A (dalam Une, 2010:178) nasionalisme modern berarti sepenuhnya bebas
dalam hubungannya dengan negara-negara lain, sekaligus bangsa harus memberi
kebebasan kepada warganya. Sedangkan Hans, (1984:89) menyatakan bahwa nasionalisme
modern baru nyata dengan kedudukan Inggris memimpinn Eropa pada abad ke 17.
Ada
dua unsur penting di dalam nasionalisme, yaitu persatuan dan kemerdekaan
(Dekker, 1997:13). Pemikiran nasionalisme modern lahir di pikiran para ahli
ilmu di Eropa Barat, diantaranya yaitu John Locke, J.J Rousseau dan John
Gottfried Herder.
Maarif
(dalam Une, 2010:178) mengemukakan bahwa munculnya sekelompok negara-negara
kuat di Eropa pada abad ke 16, seperti Inggris, Prancis, Spanyol, Portugal dan
lain sebagainya lebih merupakan ambisi para raja dan bukan menandakan munculnya
nasionalisme. Dengan demikian di Eropa nasionalisme ditandai dengan adanya
transisi dari masyarakat feodal ke masyarakat industri. Proses peralihan itu
terjadi pada abad XVII yang didahului oleh kapitalisme awal dan liberalisme.
Kekuasaan
kaum feodal mulai surut dan digantikan oleh para borjuis kota. Mereka tidak mau
terikat oleh ketentuan-ketentuan dalam masyarakat agraris, tetapi mereka ingin
bebas melakukan usaha, bersaing dan mencari keuntungan sebanyak mungkin. Faham
inilah yang kemudian melahirkan apa yang dikenal dengan liberalisme. Kaum
borjuis dengan revolusi industrinya itu kemudian berkembang di Eropa Barat. Di
tengah-tengah keadaan seperti itulah lahirlah nasionalisme Eropa Barat. Nasionalisme
tersebut kemudian membangun kesadaran adanya perbedaan antar bangsa di Eropa
Barat. Nasionalisme seperti itu tumbuh menjadi satu aliran yang penuh emosi dan
sentimen, kecongkakan dan chauvinisme, sehingga nasionalisme Eropa Barat
melahirkan kolonialisme, yaitu nafsu mencari jajahan di luar benua sendiri.
Negara-negara
nasional seperti Jerman, Prancis, Inggris dan Italia berebut wilayah kekuasaan
di Asia dan Afrika. Negara-negara Eropa melaksanakan imperealisme dan
kolonialisme dengan menduduki tanah jajahan. Sedangkan nasionalisme di negeri
jajahan, sasaran pokoknya melawan imperialisme. Nasionalisme di tanah jajahan
itu bersifat revolusioner. Nasionalisme ini tidak hanya menginginkan lenyapnya
penindasan politik saja, tetapi juga penindasan sosial ekonomi. Dengan demikian
tampaklah perbedaan watak nasionalisme Eropa dengan nasionalisme Asia (Indra,
2014).
Selain
itu, sebab lain lahirnya nasionalisme adalah penaklukkan negara bangsa lain
oleh negara tertentu yang mengakibatkan kesengsaraan bagi masyarakat negara
bangsa yang ditaklukkan. Dampak dari munculnya paham nasionalisme di Indonesia
adalah munculnya rasa ingin bebas dan merdeka dari pengaruh bangsa Asing.
Sehingga, timbullah usaha-usaha memerdekakan diri dan bangsanya, baik itu
melalui konfrontasi maupun jalur negosiasi.
Ali
Maschan Moesa dalam buku yang berjudul Nasionalisme Kyai (2007:28-29)
menyatakan bahwa kata kunci dalam nasionalisme adalah Kesetiaan ini muncul
karena adanya kesadaran akan identitas kolektif yang berbeda dengan yang lain.
Pada kebanyakan kasus, hal itu terjadi karena kesamaan keturunan, bahasa atau
kebudayaan. Rangsangan untuk bergerak justru datang dari pengalaman batinnya
sendiri. walaupun demikian kejadian-kejadian di luar negeri banyak pula
memberikan dorongan. Namun unsur yang paling penting dalam nasionalisme adalah
adanya kemauan untuk bersatu.
Sehingga
dapat disimpulkan bahwa nasionalisme itu merupakan suatu paham rasa cinta dan
setia terhadap negara yang ditunjukkan oleh rasa ingin bersatu. Nasionalisme
dalam pandangan bangsa yang terjajah oleh kolonialisme Barat merupakan
kebangkitan dari rakyat untuk mendapatkan kemerdekan dan mendirikan negara yang
bebas serta merdeka dari penjajahan. Sedangkan nasionalisme Barat bangkit dari
reaksi masyarakat yang merasakan ketidaknyamanan budaya terhadap
perubahan-perubahan yang terjadi akibat kapitalisme dan industrialisme.
PERKEMBANGAN
NASIONALISME
Pada
abad ke 18, nasionalisme muncul di Eropa. Paham nasionalisme berkembang dan
menyebar dari Eropa ke seluruh dunia pada abad ke-19 dan 20. Pada intinya
nasionalisme muncul karena adanya persamaan sikap dan tingkah laku dalam
memperjuangkan nasib yang sama. Perkembangan nasionalisme di Barat khususnya di
Eropa berjalan melalui tiga fase demikian: pertama, bermula pada saat hancurnya
kerajaan yang dimulai pada zaman akhir abad pertengahan dan mulai berdirinya
negara-negara nasional dengan ciri pokok dalam fase ini ialah identifikasi
bangsa dalam perorangan yang berkuasa.
Fase
kedua dari perkembangan nasionalisme di Eropa bermula sejak kekacauan perang
Napoleon dan berakhir dalam tahun 1914. Peletak dasar dari nasionalisme modern
yaitu Jean Jacques Rousseau (1712-1778). Ia menolak penjelmaan bangsa pada
seorang penguasa atau kelas yang berkuasa dan yang secara berani
mengidentifikasikan bangsa dengan rakyat (volk) atau people.
Fase
ketiga, perkembangan nasionalisme di Eropa merupakan ungkapan dari tuntutan
massa untuk ikut berperan sedemikian rupa hingga nasionalisme taraf ketiga ini
dapat disebut sebagai ”sosialisasi dari pada bangsa”. Ungkapan kepentingan dan
perasaan massa ini tercermin di setiap kebijaksanaan politik dan ekonomi bangsa
yang bersangkutan dengan dorongan massa, sehingga mensyaratkan adanya loyalitas
dari massa tersebut. Corak dalam fase ini melebih-lebihkan kepentingan bangsa
sendiri, melampaui batas sehingga mudah menjelma menjadi suatu nasionalisme
sempit dan congkak yang berkeinginan untuk mengadakan adu kekuatan dengan
bangsa lain (Hardjosatoto, 1985:63).
Perkembangan
Nasionalisme berjalan dengan pesatnya setelah terjadinya perang Dunia ke II
terbukti dengan lahirnya beberapa negara nasional baru di Asia dan Afrika,
sehingga Nasionalisme bukan hanya meliputi dalam wilayah regional tetapi sudah
mengarah kepada internasionalisme, keluar wilayah Eropa. (Rochmadi, 1992: 69).
PENGARUH NASIONALISME DI BARAT TERHADAP INDONESIA
Nasionalisme Indonesia adalalah gejala historis yang tidak
dapat dilepaskan dari pengaruh kekuasaan kolonialisme bangsa barat.
Nasionalisme Indonesia secara umum bertujuan ke dalam memperhebat nation building dan charackter building sesuai dengan filsafah dan pandangan hidup
bangsa, sedangkan tujuan keluar secara antitesis dan antagonis melakukan
konfrontasi atau menolak segala bentuk kolonialisme. Bahwa terhadap
kolonialisme, baik yang materialistik maupun yang ideologis, nasionalisme
Indonesia bersikap menentang secara prinsipil (Sutomo, 1995:21). Hal ini dapat
dimengerti karena nasionalisme ingin mengembalikan “the human dignity”, harga diri manusia yang hilang karena
kolonialisme.
Nasionalisme
merupakan sebuah paham, sehingga membawa konsekuensi dapat memberikan manfaat
dan hasil yang konkret. Untuk itu perlu adanya seperangkat alat bantu yang
dapat mendukung dan memperjuangkan apa yang menjadi ide-ide dari paham
tersebut. Dalam hal ini para pelajar Indonesia
sebagai kelompok cendikiawan (kelompok elit modern) menyadari sepenuhnya bahwa
seperangkat alat yang dibutuhkan itu lain adalah sebuah organisasi modern.
Organisasi yang teratur dan modern diperukan guna mewujudkan ide nasionaisme
itu. Kesadaran semacam itu pulalah yang kemudian telah memberikan motivasi pada
sekelompok pemuda pelajar di Stovia yang dipimpin oleh pemuda Soetomo untuk
mendirikan perkumpulan Boedi Oetomo (1908) sebagai organisasi pergerakan pertama yang
menjadi perintis atau pelopor bagi lahirnya organisasi-organisasi pergerakan kebangsaan Indonesia lain
baik di dalam aupun di luar negeri.
Ada
beberaa kalangan berpendapat bahwa nasionalisme Indonesia itu asalnya dari
Barat. Hal itu tidak seluruhnya benar sebab seperti dikemukakan bahwa tumbuhnya
nasionalisme sebagai gejala sejarah yang didorong oleh banyak faktor obyektif.
Seperti diakui oleh Khon bahwa “nasionalisme tidaklah sama di setiap negara dan
setiap zaman. Nasionalisme merupakan peristiwa sejarah, jadi ditentukan oleh
ide-ide politik dan susunan masyarakat dari berbagai negara tempatnya terakar”
(Sutomo, 1995:28). Mesikpun diakui terdapat pengaruh dari Barat yang
mempengaruhi dan ikut membentuk nasionalisme Indonesia, antara keduanya
terdapat perbedaan yang mendasar.
Nasionalisme di Indonesia melandasi perjuangan bangsa Indonesia mempunyai
identitas sendiri, nasionalisme
di Indonesia tumbuh dan berkembang dari dan dalam masyarakat Indonesia sendiri. Berbeda
dari nasionalisme Barat, nasionalisme Indonesia tidak didasarkan atas falsafah
yang sempit dan
deterministik. Hal itu mengandung makna bahwa dengan nasionalisme itu bangsa
Indonesia menyadari keberadaanya dalam tata pergaulan hidup dengan
bangsa-bangsa lain.
Nasionalisme
Indonesia mengalami pertumbuhan dan perkembangan pada masa lalu seirama dengan dinamika pertumbuhan
dan perkembangan pergerakan kebangsan Indonesia. Oleh karena itu, sifat dan
corak perkembangannya tampil sesuai dengan sifat dan corak organisasi
pergerakan yang mewakilnya. Kelahiran Budi Utomo telah dilandasi oleh
nasionalisme dalam bentuknya yang masih samar-samar, hal itu tampak dari
aktivitasnya. Perkumpulan ini dengan jelas membatasi gerakannya terbatas pada
Jawa-Madura. Sasaran perjuangannya
juga tampak belum tegas antara perjuangan politik atau terbatas pada sosiokultural. Sikap
ragu-ragu itu menyebabkan aktfitasnya cenderung hanya di bidang kebudayaan.
Itulah sebabnya Hatta menyebutkan Budi Utomo sebagai gerakan kultural
nasionalisme. Anggotanya terbatas pada golongan priyayi.
KEBANGKITAN
NASIONAL INDONESIA
Periode
akhir abad XIX dan awal abad XX merupakan periode awal pertumbuhan modernisasi
mayarakat bumi putera. Moderenisasi dalam hal ini diartikan sebagai hasrat
untuk mencapai kemajuan dengan menuntut pelajaran dan pendidikan, terutama
pendidikan model Barat. Dalam masyarakat bumi putera mulai saat itu telah
tumbuh kesadaran diri akan ketertinggalan kebudayaan jika dibandingkan dengan
bangsa Belanda ketika itu sebagai penjajah. Buktinya adalah bahwa semakin
banyak anak yang mengunjungi sekolah untuk menuntut ilmu pengetahuan dan
teknik, makin banyak penduduk pribumi yang mencari kesempatan untuk mendapatkan
pendidikan modern. Hal itu semakin meningkat setelah adanya politik etis di
Hindia Belanda yang salah satu programnya adalah pengembangan pendidikan bagi
kalangan bumi putera. Gejala itu menjadi tanda bahwa masyarakat berkembang
kearah kesadaran nasional, dan timbulnya keberanian dorongan yang kuat untuk
memperoleh kemajuan.
Budi
Utomo sebagai suatu organisasi pergelakan nasonal pertama didirikan atas dasar
tuntutan adanya kemajuan yang direfleksikan dalam bentuk suatu organisasi itu
sebagai jawaban terhadap penetrasi barat atas
imperialisme dan kapitalismenya
sebagai
dorangan kuat untuk menjunjung tinggi derajat bangsa. Pada tahun 1906 dan 1907
Wahidin Susirohusodo mengadakan suatu perjalanan keliling ke seluruh Jawa dalam
rangka menganjurkan perlunya perluasan kehidupan rakyat, anjurannya tersebut
tidak hanya bergantung kepada pemerintah
Hindia Belanda tetapi juga dapat terealisasi jika bangsa Indonesia juga mau
berusaha sendiri dengan cara membentuk studiesfonds
atau dana pelajar yang hasilnya akan digunakan untuk membantuk para pelajar
pandai yang kurang mampu dalam hal biaya. Pada tahun 1907 akhirnya perjalannya
sampai di Jakarta dan bertemu dengan pelajar Stovia (sekolah dokter bumi),
disitulah Wahidin bertemu dengan Sutomo dan berbincang-bincang tentang nasib
rakyat yang masih kurang mendapat perhatian dibidang pendidikan. Sebagi
realisasi dari gagasan yang telah mendapatkan dukungan dari teman-temannya para
pelajar Stovia itu pada tanggal 20 Mei 1908 maka dibentuklah organisasi yang
kemudian diberi nama Budi Utomo dan sebagai ketuanya yaitu Sutomo.
Menurut
Tirtoprojo istilah Budi Utomo berasal dari kata “Budi” yang berarti perangkat
atau tabiat dan “Utomo” yang dimaksud baik atau luhur. (Sutomo,1995:50). Budi
Utomo maksudnya adalah perkumpulan yang akan mencapai sesuatu berdasarkan
keluhuran budi, kebaikan
perangai atau tabiat. Organisasi tersebut terdiri dari para priyayi Jawa.
Anggota organisasi Budi Utomo ini antara lain yaitu Sutomo, Suradji, M. Muhammad
Saleh, Mas Suwarno, Muhammad Su’aiman,
Gunawan, Gumberg, dan R. Angka. Susunan pengurus Budi Utomo ketika itu adalah :
ketua: R. Sutomo; Wakil ketua: M. Sulaiman;
Sekretaris I:
Suwarno; Sekretaris II:
M. Gunawan; Bendahara:
R. Angka; Komisaris:
M. Suwarno, M. Muhammad Saleh.
Penerimaan
anggota dibatasi yang diterima hanya mereka yang mempunyai kesadaran dan
antusias untuk mendukung dan merealisasikan cita cita dan ide dalam organisasi
Budi Utomo. Walaupun tidak melakukan propoganda besar-besaran dalam satu triwulan jumlah anggota sudah
mencapai 650 orang., diantaranya banyak
kaum terpelajar, pamong praja,dan wiraswasta, dalam waktu singkat antara bulan
Mei- Oktober 1908 cabang-cabang
organisasi ini telah berdiri di Jakarta, Bogor, Bandung, Magelang,
Surabaya , Probolinggo, dan Yogyakarta. Tujuan Budi Utomo memang belum
sepenuhnya menunjukkan sifatnya yang nasional , tujuan awalnya yaitu mencapai
kemakmuran yang harmonis untuk nusa dan bangsa Jawa dan Madura, dan akhirnya
kemudian berkembang.
Berdasarkan hasil kongres yang pertama di Yogyakarta pada bulan Oktober 1908
bahwa tampak seolah- olah perhatian Budi Utomo terbatas pada masalah-masalah
yang berkatian dengan pendidikan dan kebudayaan, sebenarnya tidak hanya sebatas
itu namun hal tersebut didasarkan bahwa segala kesensaraan dan rendahnya
kehidupan perekonomian bangsanya
disebabkan karena kebodohan hal ini yang menyebabkan organisasi ini lebih
menitik beratkan pendidikan da kebudayaan.
Dalam
perkembangannya gerakan nasional ini tetap diawasi oleh agen-agen ragasia
pemerintah kolonial untuk melihat kemungkinan mereka berkembang menjadi gerakan
politik yang dapat membahayakan kedudukan pemerintah kolonial Belanda di
Nusantara. Cara
bergerak organisasi ini bersifat halus dan hati-hati karena kebnayakan
anggotanya terdiri dari para priyayi yang bekerja dalam jajaran birokarsi
pemerintah Belanda. Dengan cara tersebut organisasi tersebut terhindar dari
sikap represif pemerintah kolonial Belanda, sehingga mereka dapat menggerakkan
masyarakat Indonesia ke arah kemajuan yang pada gilirannya siap menghadapi
tempaan zaman di kemudian hari untuk menuju kemerdekaan Indonesia. Budi Utomo
akhirnya diberi “rechtspoon-lijkheid,
yakni mendapat pengesahan dan hak
hidup
sesuai dengan perundang-undangan.
Perkembangan
gerakan nasional Indonesia memang tidak semata-mata dari politik etis, tetapi
melalui kebijakan pendidikan
yang
diselenggarakan yang telah melahirkan bibit tokoh-tokoh nasionalis yang
menggerkkan bumi nusantara ke arah kemerdekaan Indonesia. Setelah kelahiran
Budi Utomo kemudian muncul organisasi-organisasi lain yang pernah mengancam pendidikan Barat,
mulai dari sekolah guru sampai dengan sekolah teknik. Lahirnya organisasi Budi
Utomo mempunyai arti yang penting bagi pergerakan kebangsaan Indonesia, Budi
Utomo telah mewakili aspirasi pertama dari rakyat jawa ke arah kebangkitan
dengan demikian juga aspirasi seluruh rakyat Indonesia dan sebagai pelopor
munculnya organisasi nasionalisme selanjutnya. Itulah sebabnya berdirinya Budi
Utomo 20 Mei tepat dikatakan sebagai kebangkitan nasional yang menyebarkan
benih-benih persatuan seluruh bangsa, sejak berdirinya Budi Utomo dalam sejarah
Indonesia dimulailah suatu perjuangan babak baru, suatu babak pergerakan
kebangsaann di seluruh Indonesia.
PENUTUP
Nasionalisme
adalah suatu paham tentang kebangsaan, yang muncul karena adanya persamaan
sikap dan tingkah laku dalam memperjuangkan nasib yang sama. Nasionalisme
sendiri lahir oleh beberapa faktor pendorong lahirnya nasionalme. Faktor
tersebut berbeda antara di Barat (Eropa) dan di Asia. Pada intinya Nasionalisme
lahir di Eropa yang kemudian mempengaruhi sistem kenegaraan di Eropa, yang
kemudian berpengaruh ke Asia.
Dalam
perkembangannya sendiri Nasionalisme di dunia telah mengalami tiga tahap
perkembang mulai dari lahirnya Nasionalisme hingga Nasionalisme berubah tujuan
dari awal mula dilahirkan dan menghasilkan Nasionalisme Modern. Nasionalisme
Modern ini berbeda dengan Nasionalisme pada awal kemunculannya di dunia.
Seperti
yang disebutkan bahwa nasionalisme di eropa menyebabkan adanya imperialisme
terhadap wilayah-wilayah tertentu yang memiliki bahan baku yang dibutuhkan, dan
dijadikan sebagai wilayah kekuasaan bagi negara Eropa yang berhasil
menempatinya. Salah satu wilayah yang paling dicari oleh Negara-negara Eropa
adalah wilayah Asia yang kaya akan bahan baku yang dibutuhkan mereka sebagai
komoditi perdagangan. Imperialisme yang dilakukan oleh Negara-negara Eropa
inilah yang kemudian menjadi salah satu faktor timbulnya Nasionalisme di
wilayah imperial seperti di Asia.
Sebagai salah satu
wilayah di benua Asia, Indonesia bisa dibilang sebagai Negara yang cukup eksis
dalam dunia imperilaisme negara Eropa, hal ini terbukti dengan banyaknya negara
Eropa yang silih berganti ingin
menguasai Indonesia. Pengekangan yang dilakukan oleh imperialisme dan
kolonialisme Barat di Indonesia, menyebabkan bangsa Indonesia sadar akan kebutuhan
untuk merdeka dan mengusir penjajah ari tanah air. Hal inilah yang kemudian
menjadi salah satu pendorong bangkitnya Nasionalisme di Indonesia.
Nasioalisme di
Indonesia di pelopori oleh organisasi pemuda pertama di Indonesia yaitu Budi
Utomo pada tahun 1908. Dari
organisasi kemudian muncul organisasi-organisasi lain baik berdasarkan wilayah, suku, maupun agama dengan tujuan
untuk memperjuangkan kemerdekaan bangsa Indonesia.
DAFTAR
PUSTAKA
Dekker, Nyoman. 1997. Sejarah
Pergerakan dan Revolusi Nasional. Malang: Penerbit IKIP Malang.
Hans, Kohn. 1984. Nasionalisme Arti dan Sejarahnya. Jakarta : Erlangga.
Hardjosatoto, S. 1985. Sejarah pergerakan Nasional Indonesia Suatu
Analisa Ilmiah. Yogyakarta: Liberty.
Indra, Fendy. 2014. Sejarah Pemikiran Besar (Ideologi): Nasionalisme, (Online), (http://fendyi.blogspot.co.id/2014/04/sejarah-pemikiran-besar-ideologi_25.html), diakses 27 Agustus
2016.
Moesa,
Ali Maschan. 2007. Nasionalisme Kyai.
Jogjakarta: LKIS.
Rochmadi, Nur Wahyu. 1992. Imperialisme dan Nasionalisme. Malang:
IKIP Malang.
Salatalohnya, Fahmi & Pelu, A. 2004.
Nasionalisme Kaum Pinggiran.
Yogyakarta: LKIS Yogyakarta.
Une, Darwin. 2010. Perkembangan
Nasionalisme di Indonesia dalam Perspektif Sejarah. INOVASI, (Online), 7 (1): 176-187, (http://download.portalgaruda.org/article.php?article=40763&val=3590),
diakses 02 Oktober 2016.
Utomo,Budi Cahyo.1995.Dinamika Pergerakan Kebangsaan Indonesia
Dari Kebangkitan Hingga
Kemerdekaan. Semarang: IKIP Semarang Press.
Winarni, Retno. 2014. Sejarah Pemikiran Modern. Jogjakarta:
LaksBang PRESSindo.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar